Taiwan Akan Merevisi Prospek Pertumbuhan untuk Pertama Kalinya Sejak Pajak AS
Taiwan akan merevisi estimasi pertumbuhannya pada tahun 2025, memberikan gambaran pertama tentang bagaimana negara itu mengharapkan kinerja ekonomi sejak pemerintahan Trump mengenakan bea sebesar 20% pada ekspor ke AS.
Taiwan akan merevisi estimasi pertumbuhannya pada tahun 2025, memberikan gambaran pertama tentang bagaimana negara ini memperkirakan kinerja ekonominya sejak pemerintahan Trump mengenakan bea masuk 20% atas ekspor ke AS. Biro Statistik di Taipei akan merilis angka tersebut pada Jumat sore, setelah pada bulan Mei menyatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,1%. Proyeksi median dari 22 ekonom yang telah membuat prediksi mereka setelah pungutan AS adalah pertumbuhan 4,1% tahun ini. Biro tersebut juga akan memberikan proyeksi pertamanya untuk produk domestik bruto (PDB) 2026, beserta proyeksi inflasi untuk tahun ini dan tahun depan.
Perekonomian Taiwan melonjak pesat karena ekspor teknologinya sangat diminati selama masa kejayaan kecerdasan buatan (AI), dan perusahaan-perusahaan melakukan pembelian awal sebelum tarif diberlakukan. Negara kepulauan yang berspesialisasi dalam produksi cip canggih ini baru-baru ini melaporkan salah satu tingkat pertumbuhan tercepat di dunia pada kuartal terakhir.
Taiwan mencatatkan ekspor bersejarah senilai US$154 miliar (RM649,52 miliar) pada periode tersebut, yang berisiko memicu kemarahan Presiden AS Donald Trump, karena ketidakseimbangan perdagangannya dengan AS semakin melebar. Lonjakan ini juga terus menekan apresiasi mata uang lokal. Pertanyaannya sekarang adalah apakah Taiwan dapat mempertahankan angka-angka gemilang ini hingga akhir tahun 2025. Ekonom Bloomberg Economics, Hyosung Kwon, memperkirakan pertumbuhan akan melambat di paruh kedua tahun ini, karena front-loading berakhir dan bea masuk AS yang lebih tinggi mulai berlaku.
"Meskipun ledakan AI global akan terus mendukung ekonomi Taiwan yang digerakkan oleh teknologi untuk beberapa waktu, ketidakpastian atas kebijakan perdagangan AS — terutama yang berkaitan dengan chip — menimbulkan risiko utama bagi prospek tersebut," tulisnya. Pemerintah di Taipei telah menyatakan bahwa tarif 20% bersifat sementara, dan akan terus bernegosiasi dengan AS untuk mengamankan "tarif yang lebih baik dan lebih masuk akal".
Dampak tarif pada akhirnya bisa lebih kecil daripada yang dikhawatirkan terhadap Taiwan. Trump juga mengatakan bahwa ia berencana mengenakan bea masuk 100% pada impor semikonduktor, tetapi perusahaan yang berinvestasi di AS akan dikecualikan. Seorang pejabat Taiwan mengatakan bahwa Taiwan Semiconductor Manufacturing Co — perusahaan terbesar di negara kepulauan yang memiliki pemerintahan sendiri dan pemasok utama chip canggih untuk Nvidia Corp dan Apple Inc — seharusnya tidak dikenakan bea masuk tersebut karena memiliki pabrik di AS.