PM Luksemburg: Rusia Telah Menjadi Ancaman Keamanan Permanen bagi Eropa
Eropa tidak sedang berperang dengan Rusia, tetapi perlu menanggapi ancamannya dengan serius, kata kepala negara Luksemburg kepada CNBC hari Selasa dalam sebuah wawancara eksklusif. Sejumlah negara Eropa telah menandai ancaman baru Rusia dalam beberapa minggu terakhir.
Jet tempur F-35 milik Angkatan Udara Kerajaan Belanda dalam formasi.
Eropa tidak sedang berperang dengan Rusia, tetapi perlu menanggapi ancamannya dengan serius, ujar kepala negara Luksemburg kepada CNBC, Selasa, dalam sebuah wawancara eksklusif. Sejumlah negara Eropa telah melaporkan ancaman baru Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Polandia, Rumania, dan Estonia semuanya telah melaporkan pelanggaran wilayah udara oleh jet atau drone Rusia, sementara Denmark mengutip beberapa "insiden drone" pekan lalu, dan mengatakan tidak dapat mengesampingkan kemungkinan keterlibatan Moskow. Hal ini menyebabkan beberapa pejabat Eropa, termasuk Komisaris Uni Eropa untuk Urusan Ekonomi Valdis Dombrovskis , mengatakan bahwa Eropa sudah berada dalam "perang hibrida" dengan Rusia.
"Kami jelas melihat bahwa Rusia telah menjadi ancaman permanen bagi keamanan Eropa," ujar Luc Frieden, Perdana Menteri Luksemburg, kepada CNBC pada hari Selasa, meskipun ia mengatakan belum yakin benua itu sedang menghadapi perang dengan Rusia. "Ada semacam provokasi yang harus kita tanggapi dengan serius. Saya rasa kita tidak sedang berperang dengan Rusia, dan saya tidak ingin kita berperang," ujarnya. Frieden mengatakan pesannya kepada Rusia adalah untuk menghentikan apa yang sedang dilakukannya dan membiarkan Ukraina sendiri. "Kami perlu menganggap serius kepentingan keamanan Anda, tetapi Anda juga perlu tahu bahwa Anda tidak memiliki peluang untuk menaklukkan Eropa dan tidak ada peluang untuk membangun kembali Uni Soviet," tambahnya.
Dinding drone – impian Eropa?
Komentar Frieden muncul menjelang pertemuan para pemimpin Uni Eropa di mana mereka akan membahas langkah-langkah baru yang dirancang untuk membuat benua itu lebih aman. Ini termasuk gagasan "tembok drone" di bagian timur Eropa, dekat perbatasan Rusia. Sistem pertahanan ini akan dirancang untuk mencegat drone tanpa izin sebelum memasuki wilayah udara Eropa. "Inisiatif tembok drone ini tepat waktu dan diperlukan," ujar Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, Selasa. Pemimpin Luksemburg mengatakan ia perlu "mendengarkan para ahli," tetapi ia terbuka terhadap gagasan tersebut.
Konsep ini menimbulkan kekhawatiran bahwa blok tersebut masih terlalu lambat dalam meningkatkan opsi pencegahannya. "Kita tidak membicarakan konsep yang akan terwujud dalam tiga atau empat tahun ke depan," ujar Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius dalam sebuah acara, menurut Politico . Insiden terbaru ini juga menyoroti betapa tidak siapnya blok tersebut di tengah meningkatnya pentingnya drone dalam peperangan saat ini. Jet tempur F-35 Belanda dikirim ke Polandia ketika menghadapi serangan drone Rusia ke wilayah udaranya. "Pada akhirnya, kita tidak bisa menghabiskan jutaan euro, atau dolar, untuk rudal guna melumpuhkan drone, yang harganya hanya beberapa ribu dolar," tambah Rutte dari NATO. "Kita membutuhkan tembok pertahanan drone."