Lee dari Korea Selatan Akan Memulihkan Pakta Penghentian Aktivitas Militer di Perbatasan Korea Utara
Korea Selatan bermaksud memulihkan pakta untuk menangguhkan aktivitas militer di sepanjang perbatasannya dengan Korea Utara, kata Presiden Lee Jae Myung pada hari Jumat, saat pemerintahnya berupaya memperbaiki hubungan antara negara-negara tetangga yang secara teknis masih berperang.
Poin-poin utama:
Korea Selatan bermaksud memulihkan pakta penangguhan aktivitas militer di sepanjang perbatasannya dengan Korea Utara, ujar Presiden Lee Jae Myung pada hari Jumat, seiring upaya pemerintahnya untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara tetangga yang secara teknis masih berperang. Dalam pidato peringatan 80 tahun pembebasan Korea dari penjajahan Jepang, Lee mengatakan ia akan memulihkan apa yang disebut Perjanjian Militer Komprehensif 19 September. Pakta tersebut ditandatangani pada pertemuan puncak antar-Korea tahun 2018 dan dirancang untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Pyongyang kemudian membatalkan perjanjian itu dan mengatakan akan memulihkan semua tindakan militer setelah Seoul menangguhkan beberapa bagian perjanjian di tengah meningkatnya ketegangan. Presiden Lee, yang memenangkan pemilihan cepat pada bulan Juni, telah berupaya untuk melibatkan kembali Pyongyang setelah periode ketegangan lintas-perbatasan dan menunjukkan keinginan untuk kembali berdialog.
"Semua orang tahu bahwa permusuhan yang berlarut-larut ini tidak menguntungkan rakyat di kedua Korea," ujar Lee dalam pidatonya di Seoul. Lee mengatakan Korea Selatan tidak berniat menggabungkan Korea Utara untuk penyatuan kembali dan menghormati sistem Pyongyang saat ini. Presiden mengutip upaya pemerintahnya untuk meredakan ketegangan, termasuk menghentikan peluncuran balon udara yang diterbangkan oleh aktivis dengan selebaran anti-Korea Utara dan menghentikan siaran propaganda melalui pengeras suara di perbatasan yang dijaga ketat oleh militer.
"Khususnya, untuk mencegah bentrokan tak terduga antara Korea Selatan dan Korea Utara serta membangun kepercayaan militer, kami akan mengambil langkah proaktif dan bertahap untuk memulihkan Perjanjian Militer 19 September," ujar Lee. Pada Juni 2024, mantan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengumumkan penangguhan penuh pakta militer tersebut sebagai tanggapan atas tindakan Korea Utara yang mengirimkan ratusan balon berisi sampah melintasi perbatasan. "Saya berharap Korea Utara akan membalas upaya kami untuk memulihkan kepercayaan dan menghidupkan kembali dialog," kata Lee.
Awal bulan ini, Korea Selatan dan AS mengumumkan penundaan beberapa bagian latihan militer gabungan tahunan mereka yang telah menjadi sumber ketegangan dengan Korea Utara.
Namun, para pejabat tinggi Korea Utara dalam beberapa minggu terakhir telah menepis langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahan liberal baru Lee yang bertujuan meredakan ketegangan antara kedua Korea. Lee akan terus berupaya untuk denuklirisasi Korea Utara secara damai melalui kerja sama dengan komunitas internasional dan dialog antara Pyongyang dan Washington, ujarnya. Beralih ke hubungan Korea Selatan dengan Jepang, Lee mengatakan hubungan tersebut harus "berwawasan ke depan", berdasarkan diplomasi pragmatis yang berfokus pada kepentingan nasional Seoul.
Hubungan antara sekutu-sekutu AS tersebut sering kali tegang, berakar pada pertikaian historis yang bermula dari penjajahan Jepang atas semenanjung Korea dari tahun 1910-1945. Presiden Korea Selatan akan mengunjungi Jepang pada tanggal 23 Agustus untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, karena kedua negara bergulat dengan implikasi tarif AS yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Lee di masa lalu mengkritik upaya pemerintahan di Seoul untuk meningkatkan hubungan dengan Tokyo, meskipun ia berjanji untuk memperdalam hubungan dengan Jepang pada pertemuan dengan Ishiba di sela-sela pertemuan G7 di Kanada pada bulan Juni.