Eksekutif Goldman: Asia Raih Modal US$100 Miliar Seiring Investor Berdiversifikasi di Luar AS
Asia, tidak termasuk China, telah menarik sekitar US$100 miliar (RM420,9 miliar) dalam arus masuk modal selama sembilan bulan terakhir karena investor global melakukan diversifikasi di luar Amerika Serikat, Kevin Sneader, presiden Goldman Sachs untuk Asia-Pasifik kecuali Jepang, mengatakan pada hari Rabu.
Asia, tidak termasuk China, telah menarik sekitar US$100 miliar (RM420,9 miliar) dalam arus masuk modal selama sembilan bulan terakhir karena investor global melakukan diversifikasi di luar Amerika Serikat, Kevin Sneader, presiden Goldman Sachs untuk Asia-Pasifik kecuali Jepang, mengatakan pada hari Rabu.
Jepang telah menjadi penerima manfaat utama dari tren tersebut, sementara reli ekuitas Tiongkok sejak akhir tahun lalu terutama didorong oleh investor domestik dan minat terhadap sektor teknologi, dengan dana asing sekarang kembali melirik Tiongkok, katanya.
"Ada arus tambahan di kawasan ini," ujar Sneader di Milken Institute Asia Summit 2025 di Singapura. "Saya pikir penting untuk menempatkannya dalam konteks gerakan diversifikasi, bukan gerakan keluar."
"Saya pikir kita harus berhati-hati dan tidak terlalu bersemangat karena sebagian dari uang itu adalah apa yang saya sebut uang dana lindung nilai global, uang yang lebih cepat," katanya.
"Reksa dana, investor yang lebih lama, uang itu masih belum mengalir kembali ke Tiongkok. Tapi mereka jelas sedang mempertimbangkan Asia dengan serius," tambahnya.
Sneader mengatakan sektor teknologi, barang konsumsi non-primer, dan sektor industri menarik minat kuat di Asia, dengan perawatan kesehatan mendapatkan daya tarik di pasar swasta.
Kepala eksekutif Temasek, investor milik negara Singapura, Dilhan Pillay, yang berbicara di acara yang sama, mengatakan bahwa “globalisasi yang kita kenal selama ini sudah berakhir”, karena geopolitik, tarif, dan kendala energi telah mengubah hasil.
"Rekonfigurasi rantai pasokan untuk (memprioritaskan) ketahanan daripada efisiensi, ada biaya untuk ketahanan," katanya.
Pillay menambahkan bahwa kecerdasan buatan adalah "hal yang paling menyebar dalam spektrum politik, sosial, dan ekonomi."
Temasek, yang mengelola portofolio senilai S$434 miliar, melaporkan kenaikan 11,6% dalam nilai portofolio bersih ke rekor tertinggi pada 31 Maret, dengan AS terus menjadi tujuan modal terbesarnya.
Kepala Dana dan Investasi Bersama, Asia, Ekuitas Swasta, GIC, Ankur Meattle mengatakan Tiongkok melihat semakin banyak aktivitas transaksi, termasuk perusahaan multinasional yang menjajaki opsi modal dan penjualan yang didorong oleh suksesi, di samping inovasi di berbagai sektor mulai dari bioteknologi hingga kendaraan listrik.
"Dengan kondisi pasar modal yang lebih baik, kemungkinan besar akan ada beberapa perusahaan yang akan keluar. Jadi, ada banyak perusahaan yang akan keluar yang diperkirakan akan terjadi dalam enam bulan ke depan," ujarnya.